Ikatan Kovalen dan Bentuk Molekul

Selasa, 21 November 2017

1.     Pembentukan Ikatan Kovalen dan Struktur Molekul
Ikatan  kovalen  biasanya terjadi  antar  unsur  nonlogam  yakni antar unsur yang mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Ikata kovalen  juga  terbentuk  karena  proses  serah  terima  elektron  tidak mungkin   terjadi.   Hidrogen   klorida   merupakan   contoh   lazim pembentukan  ikatan  kovalen  dari  atom  hidrogen  dan  atom  klorin. Hidrogen   dan   klorin  merupakan   unsur   nonlogam   dengan  harga keelektronegatifan  masing-masing  2,1  dan  3,0.  Konfigurasi  elektron atom hidrogen dan atom klorin adalah
H          : 1
Cl         : 2        8   7
Berdasarkan aturan oktet yang telah diketahui maka atom hidrogen kekurangan 1 elektron dan atom klorin memerlukan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi stabil golongan gas mulia. Apabila dilihat dari segi keelektronegatifan, klorin mempunyai harga keelektronegatifan yang  lebih  besar  dari  hidrogen  tetapi  hal  ini  tidak  serta  merta membuat klorin mampu menarik elektron hidrogen karena hidrogen juga   mempunyai   harga keelektronegatifan   yang   tidak   kecil. Konfigurasi   stabil   dapat   tercapai   dengan   pemakaian   elektron bersama.    Atom hidrogen dan atom klorin    masing-masing menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan elektron milik bersama.


2.     Bentuk Molekul
Bentuk molekul adalah gambaran tentang susunan atom-atom dalam molekul berdasarkan susunan ruang pasangan elektron dalam atom atau molekul, baik pasangan elektron yang bebas maupun yang berikatan.Bentuk suatu molekul dapat diperkirakan berdasarkan teori tolakan pasangan elektron maupun teori hibridisasi.
Teori tolakan pasangan elektron
Cara Menentukan Bentuk Molekul Berdasarkan Teori VSEPR
1.     Tentukan atom pusatnya.
2.     Cari tahu nomor atomnya dan buat konfigurasi elektronnya.
3.     Tentukan jumlah elektron valensinya.
4.     Tentukan jumlah domain elektron dari atom lain yang berikatan (ligan).
5.     Jumlahkan elektron dari semua atom.
6.     Bagilah dua untuk mendapatkan jumlah pasangan elektron.
7.     Tentukan PEI berdasarkan jumlah atom yang terikat pada atom pusat, sisanya merupakan PEB.
8.     Tentukan notasi VSEPR dan bentuk molekul berdasarkan jumlah PEB dan PEI (lihat tabel 1. sebagai acuan).
2. Teori Domain Elektron
Teori domain elektron merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR. Domain elektron berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron, dengan jumlah domain ditentukan sebagai berikut (Ralph H. Petrucci, 1985).
1.     Setiap elektron ikatan (baik itu ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga) berarti 1 domain.
2.     Setiap pasangan elektron bebas berarti 1 domain.
 







Prinsip-prinsip Dasar Teori Domain Elektron
Teori domain elektron mempunyai prinsip-prinsip dasar sebagai berikut (Ralph H. Petrucci, 1985):
1. Antardomain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-menolak sehingga domain elektron akan mengatur diri (mengambil formasi) sedemikian rupa, sehingga tolak-menolak di antaranya menjadi minimum. Susunan ruang domain elektron yang berjumlah 2 hingga 6 domain yang memberi tolakan minimum, dapat dilihat pada tabel di bawah.
Urutan kekuatan tolak-menolak di antara domain elektron adalah:
tolakan antardomain elektron bebas > tolakan antara domain elektron bebas dengan domain elektron ikatan > tolakan antardomain elektron ikatan.
Perbedaan daya tolak ini terjadi karena pasangan elektron bebas hanya terikat pada satu atom saja, sehingga bergerak lebih leluasa dan menempati ruang lebih besar daripada pasangan elektron ikatan. Akibat dari perbedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut ikatan karena desakan dari pasangan elektron bebas. Hal ini juga terjadi dengan domain yang mempunyai ikatan rangkap atau rangkap tiga, yang pasti mempunyai daya tolak lebih besar daripada domain yang hanya terdiri dari sepasang elektron.
Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat.
Jumlah domain (pasangan elektron) dalam suatu molekul dapat dinyatakan sebagai berikut.
  • Atom pusat dinyatakan dengan lambang A.
  • Domain elektron ikatan dinyatakan dengan X.
  • Domain elektron bebas dinyatakan dengan E.
Tipe molekul dapat dinyatakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
1.     Menentukan jumlah elektron valensi atom pusat (EV).
2.     Menentukan jumlah domain elektron ikatan (X).
3.     Menentukan jumlah domain elektron bebas (E).
Contoh Soal Teori Domain Elektron
Tentukan tipe molekul dari senyawa-senyawa biner berikut ini:
a. BF3
b. PCl3
c. ClF3
Jawab:
a. Jumlah elektron valensi atom pusat (boron) = 3
Jumlah domain elektron ikatan (X) = 3
Jumlah domain elektron bebas
Tipe molekul: AX3.
Cara penetapan tipe molekul dengan menggunakan langkah-langkah di atas hanya berlaku untuk senyawa biner berikatan tunggal. Untuk senyawa biner yang berikatan rangkap atau ikatan kovalen koordinasi, maka jumlah elektron yang digunakan untuk membentuk pasangan terikat menjadi dua kali jumlah ikatan.


3.     Kepolaran Molekul dan Struktur Molekul
Suatu molekul bersifat nonpolar apabila. Tersusun atas atom-atom yang sama seperti P4, S8, dan C60 (fulerena) dengan ikatan-ikatan  yang ada merupakan ikatan kovalen nonpolar. Tersusun atas atom-atom yang berbeda  dengan ikatan-ikatan yang ada merupakan ikatan kovalen polar, namun karena bentuknya maka ia bersifat nonpolar seperti molekul-molekul CO2, CH4, PCL5, SF6. Suatu molekul bersifat polar  apabila  tersusun atas atom-atom yang berbeda  dan bentuknya  tidak menyebabkan ia bersifat nonpolar seperti H2O  dan NH3. Suatu molekul yang tersusun  atas atom-atom  yang sama  dapat juga bersifat polar, misalnya ozon (O3.
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk dari atom-atom yang mempunyai perbedaan keellektronegatifan  besar. Pada senyawa polar, elektron yang digunakan bersama tertarik lebih kuat ke salah satu atom. Akibatnya salah satu atom  akan menjadi lebih bermuatan  negatif dan atom lain bermuatan positif. Untuk atom bermuatan negatif di beri tanda parsial negatif dan yang positif diberi tanda parsial positif. Suatu senyawa dikatan polar apabila memilki elektron bebas, perbedaan keelektronegatifan  serta bentuk molekul tidak simetris.
Kepolaran molekul ditentukan oleh harga momen dipolnya ( ). Suatu molekul bersifat polar bila  > 0 atau    0. Adanya perbedaan keelektronegatifan  antara dua atam  yang membentuk ikatan kovalen  menyebabkan  atom  yang lebih elektronegatif kekurangan rapatan elektron, sebaliknya atom  yang  lebih elektronegatif kelebihan rapatan elektron. Akibatnya pada atom yang lebih elektronegatif  terjadi muatan parsial positif ( +), sedangkan pada atom yang lebih elektronegatif  terjadi muatan parsial ( -), seperti  yang terdapat pada molekul HF.
     +           -
Adanya perbedaan muatan parsial ini menyebabkan timbulnya  momen ikatan yang arahnya dari atom  dengan muatan parsial positif ke atom dengan muatan parsial  negatif atau   dari atom yang lebih  elektropositif ke atom yang lebih elektronegatif. Arah momen katan ditunjukkan dengan  tanda                  . Tanda  ini menunjukkan ke atom mana pasangan elektron ikatan kovalen atau rapatan elektron ikatan kovalen lebih tertarik.
Momen ikatan timbul bila ikatan kovalen yang terjadi antara dua atom merupakan ikatan kovalen polar. Ikatan kovalen polar terjadi antara dua atom yang memilki keelektronegatifan berbeda.


4.     Orbital yang Tumpang Tindih dan Ikatan Kovalen
Tumpang tindih orbital akan menyebabkan interaksi dan pencampuran orbital, yang menghasilkan pembentukan orbital baru. Di bagian ini, mekanisme yang terlibat dalam pembentukan orbital baru yang berkiatan dengan tumpang tindih orbital dibahas dengan menggunakan metoda orbital molekul Huckel.
Orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital molekul dalam pembentukan molekul, yaitu fungsi gelombang elektron dalam molekul. Setiap baris dalam diagram orbital molekul menggambarkan sebuah orbital molekul yang terisi oleh elektron. Orbital molekul ini mencakup seluruh molekul, sehingga dapat diasumsikan bahwa elektron akan terisi pada orbital molekul sama seperti elektron terisi pada orbital atom dengan mengikuti aturan aufbau, kaidah Hund, serta larangan Pauli. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan diagram orbital molekul untuk molekul diatomik adalah Linear Combination of Atomic Orbitals approach (LCAO/Pendekatan Kombinasi Linear Orbital Atom). Pendekatan diatas meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.     Orbital molekul terbentuk dari overlap atau tumpang tindih orbital atom.
2.     Orbital-orbital atom dengan energi yang sama dapat berinteraksi pada tingkat enegi yang sama.
3.     Dua orbital yang saling tumpang tindih saling berinteraksi membentuk dua orbital molekul, yaitu Bonding Molecular Orbital (Orbital Molekul Ikatan) dan Anti-bonding Molecular Orbital (Orbital Molekul Anti-ikatan).
Kasus paling sederhana misalnya pada orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B apabila syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu:
1.     Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
2.     Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
3.     Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.


5.     Orbital Hibrida dan Struktur Molekul
Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul.
     Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.
Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai dengan aturan hibridisasi yaitu :
1.     Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama
2.     Orbital hybrid yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung.
3.     Dalam hibridisasi yang bergabung adalah orbital bukan electron
Pembentukan orbital hybrid melalui proses ibridisasi adalah sebagai berikut :
1.     Salah satu electron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih tinggi tingkat energinya sehingga jumlah electron yang tidak berpasangan sama dengan jumlah ikatan yang akan terbentuk. Atom yang sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi yang mungkin adalah dari ns ken p dan ns ke ns ke nd atau (n-1)d
2.     Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih besar di daera orbital hybrid.
3.     Terjadi tumpang tindih orbital hybrid dengan orbital atom lain sehingga membentuk ikatan kovalen atau kovalen koordinasi.
Beberapa jenis hibridisasi orbital

Disini akan dijelaskan hibridisasi SP, SP2,SP
Hibridisai SP
    Salah satu contoh orbital sp terjadi pada Berilium diklorida. Berilium mempunyai 4 orbital dan 2 elektron pada kulit terluar. Pada hibridisasi Berilium dijelaskan bahwa orbital 2s dan satu orbital 2p pada Be terhibridisasi menjadi 2 orbital hibrida sp dan orbital 2p yang tidak tribridisasi. Hibridisasi sp membentuk geometri linear dengan sudut 180. 
Hibridisasi sp2
Salah satu contoh orbital hirbid sp2 diasumsikan terjadi pada Boron trifluorida. Boron mempunyai 4 orbital tapi hanya 3 eletron pada kulit terluar. Hibridisasi boron mengkombinasikan 2s dan 2 orbital 2p menjadi 3 orbital hybrid sp2 dan 1 orbital yang tidak mengalami hibridisasi. Orbital hybrid sp2 menjadi bentuk trigonal planar dengan sudut ikatan120.
Hibridisasi sp3 
Hibridisasi satu orbital s dan tiga orbital p, membentuk orbital hibrida sp3 yang strukturnya tetrahedral. Sudut ikatan dengan orbital ini mendekati 109028’

6.     Ikatan Rangkap
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kimia yang terbentuk dari penggunaan bersama dua atau tiga pasang elektron (setiap atom yang berikatan memberikan dua atau tiga elektron valensi untuk digunakan secara bersama-sama). Dengan demikian jumlah PEI adalah dua atau tiga. Proses pembentukan ikatan kovalen rangkap :
Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap 2 pada Molekul O2
Molekul O2 tersusun atas dua atom O dengan konfigurasi elektron sebagai berikut:
8O
=
2, 6
(memerlukan 2 elektron untuk mencapai kaidah oktet)
Berdasarkan konfigurasi elektron atom O di atas, maka atom O akan stabil jika konfigurasi elektronnya serupa dengan 10Ne = 2, 8 sehingga mencapai kaidah oktet. Agar stabil maka atom O memerlukan 2 elektron tambahan. Kedua elektron tambahan tersebut dapat diperoleh dengan cara patungan 2 elektron valensi dari masing-masing atom O membentuk ikatan kovalen rangkap dua.


Jika digambarkan dengan struktur lewis maka proses pembentukan ikatan kovalen rangkap dua pada molekul O2 adalah sebagai berikut

Coba kalian perhatikan gambar struktur lewis pada proses pembentukan molekul O2 di atas. Jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama (PEI) antara dua atom O adalah 2 pasang (4 elektron) yang digambarkan dalam bentuk dua garis rumus bangun lewis dimana dua garis mewakili dua pasang elektron. Karena jumlah PEI adalah dua maka molekul O2 dikatakan berikatan secara kovalen rangkap dua.
Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap 2 pada Senyawa CO2
Senyawa  CO2 tersusun atas satu atom C dan dua atom O dengan konfigurasi elektron sebagai berikut:
6C
=
2, 4
(memerlukan 4 elektron untuk mencapai kaidah oktet)
8O
=
2, 6
(memerlukan 2 elektron untuk mencapai kaidah oktet)
Untuk mencapai kestabilannya, atom C cenderung menerima 4 elektron, sedangkan atom O cenderung menerima 2 elektron. Jika atom C dan O saling berikatan, 1 atom C harus menyumbangkan 4 elektron untuk digunakan bersama. Adapun atom O harus menyumbangkan 2 elektron.
Berapakah jumlah atom O yang harus diikat oleh atom C? jika hanya 1 atom O, atom O telah memenuhi kaidah oktet. Akan tetapi, atom C masih kekurangan 2 elektron. Agar memenuhi kaidah oktet, atom C harus mengikat 1 atom O lagi sehingga jumlah atom O yang diikat berjumlah 2 buah.
Pada keadaan ini, atom C dan O sama-sama memenuhi kaidah oktet (mencapai kestabilan). Dengan menggunakan struktur lewis, proses pembentukan ikatan kovalen rangkap dua pada senyawa CO2 adalah sebagai berikut


Pada gambar struktur lewis dalam proses pembentukan senyawa CO2 di atas, 2 atom O masing-masing berikatan dengan atom C dengan menggunakan 2 pasang elektron ikatan (PEI) secara bersama-sama. Dua pasang PEI digambarkan dalam bentuk 2 garis pada masing-masing ikatan antara C dengan O.
Dua garis tersebut mewakili 2 pasang elektron ikatan (4 elektron), karena jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama ada 2 pasang maka senyawa karbon dioksida (CO2) berikatan secara kovalen rangkap dua.
Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap 3 pada Molekul N2
Molekul N2 tersusun atas dua atom N dengan konfigurasi elektron sebagai berikut:
7N
=
2, 5
(memerlukan 3 elektron untuk mencapai kaidah oktet)
Berdasarkan konfigurasi elektron atom N di atas, maka atom N akan stabil jika konfigurasi elektronnya serupa dengan 10Ne = 2, 8. Agar stabil maka atom N memerlukan 3 elektron tambahan. Kedua elektron tambahan tersebut dapat diperoleh jika dua atom N saling berikatan dimana setiap atom N menyumbangkan 3 elektron untuk digunakan bersama sehingga masing-masing atom N mencapai kaidah oktet.
Proses pembentukan ikatan kovalen rangkap tiga pada molekul N dapat digambarkan dalam struktur lewis sebagai berikut
Perhatikan gambar struktur lewis pada proses pembentukan molekul N2 di atas. Jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama (PEI) antara dua atom N adalah 3 pasang (6 elektron) yang digambarkan dalam bentuk tiga garis rumus bangun lewis dimana tiga garis mewakili tiga pasang elektron. Karena jumlah PEI adalah tiga maka molekul N2dikatakan berikatan secara kovalen rangkap tiga.


7.     Struktur Resonansi
Ada beberapa petunjuk penting untuk menuliskan struktur resonansi (biasa disebut struktur kanonik) dan untuk prakiraan secara kualitatif tentang pentingnya.
i.      Struktur resonansi adalah perubahan bolak-balik oleh satu atau sederet pergeseran elektron.
Biasanya satu senyawa dapat dituliskan dengan satu struktur yang baik untuknya, dan beberapa struktur yang lain diturunkan dari struktur pertama tersebut untuk keperluan konsistensi dengan semua sifat-sifatnya yang teramati. Sebagai ilustrasi, kovalensi unsur-unsur di dalam vinil klorida, rumus molekul dan prinsip-prinsip kimia organik klasik mengarah pada struktur 10a sebagai rumus struktur yang baik untuk senyawa tersebut. Akan tetapi bila dikaitkan dengan hasil penghitungan panjang ikatan C-Cl, ikatan tersebut jauh lebih pendek daripada ikatan C-Cl dalam alkil klorida sederhana (1,78 Å), momen dipole-nya lebih kecil (1,44 D) daripada etil klorida (2,05 D), dan lebih inert terhadap nukleofil; maka bentuk struktur 10bdipandang memberi kontribusi yang penting kepada struktur hibrida resonansi vinil klorida. Struktur 10bditurunkan dari struktur 10a melalui dua pergeseran elektron yang melibatkan pasangan elektron bebas dan elektron π.
ii.        Struktur-struktur resonansi harus mempunyai elektron tak berpasangan dalam jumlah yang sama.
Apabila kedua struktur mempunyai total elektron yang berbeda maka strukturstruktur tersebut menyatakan spesies molekul yang berbeda dan tidak dapat menjadi kontributor resonansi kepada hidrida resonansi yang sama. Akan tetapi ada kemungkinan struktur-struktur mempunyai elektron yang sama tapi berbeda jumlah elektron tak berpasangannya.
Jika elektron tak berpasangan dalam 12 mempunyai spin antiparalel maka elektronelektron tersebut akan bergabung membentuk ikatan dan akan ekuivalen dengan 11. Jika spin antiparalel dalam 13 kemudian bergeser lagi sampai membentuk pasangan elektron menghasilkan 11 maka pastilah 13 ekuivalen dengan11. Akan tetapi jika elektron tak berpasngan dalam 12 dan 13 mempunyai spin yang paralel maka struktur-struktur tersebut mempunyai multiplisitas yang berbeda, maka struktur-struktur tersebut bukan kontributor kepada spesiaes molekul yang sama seperti struktur 11.
iii.      Struktur resonansi yang mengikuti aturan (ii) adalah struktur yang paling stabil.
Sistem ikatan kovalen dengan dua, empat, atau enam elektron adalah lebih stabil daripada sistem ikatan satu atau tiga elektron. Panjang ikatan C-C dan kekuatan ikatan dalam benzena semuanya sama, dan berada di antara nilai ikatan dalam etana dan etilena. Hal yang perlu dipikirkan adalah ikatan dalam benzena adalah sistem ikatan tiga elektron. Meskipun demikian, sistem ikatan tiga elektron jauh lebih lemah (±60 kkal/mol) dibanding dengan ikatan yang ada dalam benzena. Struktur di mana hidrogen mempunyai lebih dari dua elektron dalam kulit valensinya (1s) atau atom unsur-unsur periode kedua mempunyai lebih dari delapan elektron dalam kulit valensinya adalah jauh lebih tidak stabil untuk menjadi kontributor dalam resonansi suatu molekul dalam kondisi normal. Telah menjadi kenyataan bahwa unsur-unsur berusaha untuk mempunyai delapan elektron valensi, dan prinsip ini disebut aturan oktet Lewis. Unsurunsur dalam periode ketiga dapat menggunakan orbital 3s, 3p, atau 3d dan bukanlah hal yang tidak umum bagi unsur-unsur periode tersebut untuk menampun lebih dari delapan elektron dalam kulit valensinya. Sebagai contoh adalah senyawa belerang dan fosfor.
iv.       Semakin kovalen ikatan-ikatan yang ada dalam suatu struktur ikatan kovalen, semakin tinggi kestabilannya.
Ketika atom-atom saling mendekati satu sama lain di dalam jarak ikatan kovalen, masing-masing orbital valensinya akan berganbung membentuk orbital molekul ikatan atau atom-atom tersebut saling tolak-menolak dengan kuat sampai berpisah. Setiap ikatan akan menambah sekitar 50-100 kkal/mol kepada kestabilan sistem, sedangkan perbedaan kestabilan bentuk resonansi hanyalah satu bagian dari jumlah tersebut, struktur resonansi dengan jumlah ikatan yang lebih besar biasanya akan lebih stabil.
v.         Struktur ikatan kovalen dipolar umumnya lebih kurang stabil daripada struktur nonpolar.
Dua struktur resonansi asam karboksilat (16a dan 16b) mempunyai jumlah ikatan yang sama tetapi 16bkurang stabil karena adanya pemisahan muatan. 35 Semakin jauh terpisah muatan yang tak sejenis, semakin tidak stabil bentuk resonansi tersebut.
Oleh karena itu, bentuk resonansi ionik butadiena 17d ialah yang paling tidak stabil, dan 17b yang paling stabil. Tentu saja bentuk non polar 17a yang paling stabil di antara semuanya dan memberikan kontribusi yang paling tinggi kepada hibrida resonansi. Dapat dikatakan bahwa struktur molekul normal adalah yang paling menyerupai 17a.
vi.       Struktur yang melibatkan muatan formal akan lebih stabil apabila muatan negatif berada pada atom yang paling elektronegatif dan muatan positif pada atom yang paling kurang elektronegatif.
Aturan ini menunjukkan bahwa bagi keton, bentuk ionik 18b lebih stabil daripada 18c, dan hal ini diperkuat secara eksperimen dengan momen dipole dan sifat-sifat kimia keton. Jadi jika pereaksi karbonil mengadisi ke ikatan rangkap dua suatu keton, bagian positif pengadisi selalu masuk kepada atom oksigen.
vii.     Semakin berdekatan derajat kestabilan struktur-struktur resonansi semakin tinggi derajat resonansinya.
Sistem yang melibatkan struktur-struktur ikatan valensi yang ekuivalen mempunyai derajat resonansi yang tinggi. Spesies-spesies tersebut boleh bermuatan atau tidak bermuatan. Beberapa contoh sebagai berikut:
Di dalam hal tersebut di atas, muatan berpindah-pindah sehingga memberikan efek penyebaran muatan dan menghindari akumulasi muatan berlebih pada satu atom. Prinsip elektronetralitas Pauling ini diketahui mempunyai efek penstabil. Resonansi struktur-struktur yang mempunyai jumlah ikatan yang sama (disebut resonansi isovalen) memberikatn kontribusi beberapa kali lipat daripada jika struktur kontributor mempunyai jumlah ikatan yang berbeda.
viii.   Resonansi hanya dapat terjadi antara struktur yang hubungannya sangat dekat di mana posisi semua inti atom relatif sama.
Hal ini harus karena berguna untuk membatasi antara resonansi dengan isomerisomer. Isomer adalah kenyataan sedangkan struktur resonansi adalah hipotetik dan hanya pendekatan kepada struktur nyata.
Contoh resonansi :
                                               +                             .. -          .. -                         +
·                H2C = CH – CH = CH2  ↔  CH2 – CH = CH – CH2  ↔  CH2 – CH = CH – CH2
-                   +
·                CH2 = CH – Cl  ↔  :CH2 – CH = Cl


8.     Ikatan Tunggal dibandingkan Ikatan Rangkap
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan dengan satu pasang elektron milik bersama.Di gambarkan dengan tanda satu garis ikatan.Contoh : ikatan antara atom H (non logam) dan atom Cl (non logam).  ikatan kovalen rangkap dua,adalah ikatan dengan dua pasang elektron milik bersama.Di gambarkan dengan tanda dua garis ikatan.Contoh : ikatan antar atom O (non logam). Ikatan kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI. Contoh: N2 (Konfigurasi elektron N = 2, 5) .


9.     Molekul Unsur Nonlogam

Unsur nonlogam adalah unsur yang tidak memiliki sifat seperti logam. Pada umumnya, unsur-unsur nonlogam berwujud gas dan padat pada suhu dan tekanan normal. Contoh unsur nonlogam yang berwujud gas adalah oksigen, nitrogen, dan helium. Contoh unsur nonlogam yang berwujud padat adalah belerang, karbon, fosfor, dan iodin. Zat padat nonlogam biasanya keras dan getas. Unsur nonlogam yang berwujud cair adalah bromin

0 komentar:

Posting Komentar