1.
Reaksi
Redoks dalam larutan : membuat setimbang
Reaksi
kesetimbangan adalah reaksi bolak-balik (reversibel) yang menunjukan reaktan
bereaksi membentuk produk dan produk dapat bereaksi balik membentuk reaktan.
Arah
panah persamaan reaksinya dua arah, yaitu ke arah kanan (ke produk) dan ke arah
kiri (ke reaktan). Pada reaksi kesetimbangan, keadaan reaksinya secara
mikroskopis berlangsung dinamis/terus-menerus/tidak berhenti (namun secara
makroskopis reaksi diam/berhenti) dan laju reaksi ke arah kanannya akan sama
dengan laju reaksi ke arah kirinya.
Karena laju reaksi ke arah kanannya sama dengan laju reaksi ke arah kirinya, maka jumlah zat-zat pada saat kesetimbangnya itu akan tetap.
Karena laju reaksi ke arah kanannya sama dengan laju reaksi ke arah kirinya, maka jumlah zat-zat pada saat kesetimbangnya itu akan tetap.
Berikut adalah faktor-faktor
menyebabkan pergeseran kesetimbangan:
1. Perubahan konsentrasi (dM)
Jika konsentrasi zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser menjauhi zat yang ditambah. Jika konsentrasi zat dikurangi, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser mendekati zat yang dikurang.
2. Perubahan tekanan (dP) dan volume (dV)
Jika tekanan diperbesar, berarti volume mengecil, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien kecil. Jika tekanan diperkecil, berarti volumenya betambah,maka reaksi kesetimbangan akan begeser ke arah koefisien besar.
3. Perubahan suhu (dT)
Jika suhu dinaikan, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah endoterm (dH=+). Jika suhu diturunkan, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah eksoterm (dH=-).
1. Perubahan konsentrasi (dM)
Jika konsentrasi zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser menjauhi zat yang ditambah. Jika konsentrasi zat dikurangi, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser mendekati zat yang dikurang.
2. Perubahan tekanan (dP) dan volume (dV)
Jika tekanan diperbesar, berarti volume mengecil, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien kecil. Jika tekanan diperkecil, berarti volumenya betambah,maka reaksi kesetimbangan akan begeser ke arah koefisien besar.
3. Perubahan suhu (dT)
Jika suhu dinaikan, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah endoterm (dH=+). Jika suhu diturunkan, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah eksoterm (dH=-).
2.
Persamaan
Reaksi dengan ion-elektron
·
Reaksi
dipecah menjadi dua persamaan setengah reaksi, lalu masing-masing disetarakan
melalui urutan sebagai berikut:
(a) Setarakan jumlah atom selain
atom O dan H, dengan menambahkan koefisien.
(b) Setarakan jumlah atom O dengan
menambahkan H2O secukupnya di ruas yang kekurangan O.
(c) Setarakan jumlah atom H, dengan
menambahkan H+ secukupnya di ruas yang berlawanan
(d) setarakan jumlah muatan dengan
menambahkan elektron seruas dengan H+
Jika suasana asam penyetaraan
selesai. Jika suasana basa H+ harus diganti dengan OH–dengan
cara sebagai berikut:
(e) Tambahkan OH– pada
kedua ruas sebanyak H+
(f) gabungkan H+ dan
OH– menjadi H2O
(g) kurangilah kelebihan H2O
·
Setarakan
jumlah elektron pada dua buah setengah reaksi dengan menambahkan koefisien
·
Akhirnya,
jumlahkanlah kedua buah setengah reaksi tersebut
Contoh 1:
Reaksi redoks pada suasana asam
Cr2O72- +
SO2 → Cr3+ + HSO4–
Cr2O72- →
Cr3+
Cr2O72- +
14H + 6e– → 2Cr3+ + 7H2O
…………………..(1)
SO2 → HSO4–
SO2 + 2H2O
→ HSO4– + 3H+ + 2e– ………………(2)
Reaksi (1) tetap sementara reaksi
(2) dikalikan 3
Cr2O72- +
14H + 6e– → 2Cr3+ + 7H2O
3SO2 + 6H2O
→ 3HSO4– + 9H+ + 6e–
_______________________________________
+
Cr2O72- +
3SO2 + 5H+ → 2Cr3+ + HSO4– +
H2O
Contoh 2:
Reaksi redoks pada suasana basa
Al + NO3– →
AlO2– + NH3
Al + 2H2O → AlO2– +
4H+ + 3e–
Al + 2H2O + 4OH- → AlO2– +
4H+ + 4OH– + 3e–
Al + 2H2O + 4OH- → AlO2– +
4H2O + 3e–
Al + 4OH– → AlO2– +
2H2O + 3e–……………………….(1)
NO3– → NH3
NO3– + 9H+ +
8e– → NH3 + 3H2O
NO3– + 9H+ +
9OH– + 8e– → NH3 + 3H2O
+ 9OH–
NO3– + 9H2O +
8e– → NH3 + 3H2O + 9OH–
NO3– + 6H2O +
8e– → NH3 + 9OH–………………………(2)
Reaksi (1) dikali 8, dan reaksi (2)
dikalikan 3:
8Al + 32OH– → 8AlO2– +
16H2O + 24e–……………………….(1)
3NO3– +
18H2O + 24e– → 3NH3 +
27OH–………………………(2)
___________________________________________________
+
8Al + 3NO3– +
5OH– + 2H2O → 8AlO2– +
3NH3
3.
Stoikiometri
dari Reaksi Ion
Stoikiometri
berasal dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu Stoicheion yang
berarti “unsur” dan Metron yang berarti “pengukuran”.
Stoikiometri
adalah suatu pokok bahasan dalam kimia yang melibatkan keterkaitan reaktan dan produk
dalam sebuah reaksi kimia untuk menentukan kuantitas dari setiap zat yang
bereaksi.Stoikiometri merupakan pokok bahasan dalam ilmu kimia yang mempelajari
tentang kuantitas zat dalam suatu reaksi kimia.
Contoh Soal
yang Melibatkan Perhitungan Stoikiometri Kimia
Propana
terbakar dengan persamaan reaksi:
C3H8+O2→H2O+CO2
Jika
200 g propana yang terbakar, maka berapakah jumlah H2O yang terbentuk?
Jawab:
Pertama: Setarakan persamaan reaksinya!
Jawab:
Pertama: Setarakan persamaan reaksinya!
C3H8+5O2→4H2O+3CO2
Kedua: Hitung mol C3H8!
mol=m/Mr -> mol= 200 g/ 44 g/mol ->mol= 4.54 mol
Ketiga: Hitung rasio H2O : C3H8 -> 4:1 (*berdasar perbandingan koefisien pada persamaan reaksinya)
Kempat: Hitung mol H2O dengan perbandingan
mol H2O : 4 = mol C3H8 : 1
-> mol H2O : 4 = 4.54 mol : 1
-> mol H2O = 4.54 x 4= 18.18 mol
Kelima : Konversi dari mol ke gram.
mol= m/Mr -> m= mol x Mr -> m= 18.18 mol x 18 = 327.27 gram.
mol=m/Mr -> mol= 200 g/ 44 g/mol ->mol= 4.54 mol
Ketiga: Hitung rasio H2O : C3H8 -> 4:1 (*berdasar perbandingan koefisien pada persamaan reaksinya)
Kempat: Hitung mol H2O dengan perbandingan
mol H2O : 4 = mol C3H8 : 1
-> mol H2O : 4 = 4.54 mol : 1
-> mol H2O = 4.54 x 4= 18.18 mol
Kelima : Konversi dari mol ke gram.
mol= m/Mr -> m= mol x Mr -> m= 18.18 mol x 18 = 327.27 gram.
4.
Analisis
Kimia dan Titrasi
Titrasi
adalah prosedur menetapkan kadar suatu larutan dengan mereaksikan sejumlah
larutan tersebut yang volumenya terukur dengan suatu larutan lain yang telah
diketahui kadarnya (larutan standar) secara bertahap. Berdasarkan jenis reaksi
yang terjadi, titrasi dibedakan menjadi titrasi asam basa, titrasi pengendapan,
dan titrasi redoks. Titrasi asam basa
adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang diketahui
kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan basa yang
diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi. Titrasi harus dilakukan
hingga mencapai titik ekivalen, yaitu keadaan di mana asam dan basa tepat habis
bereaksi secara stoikiometri. Titik ekivalen umumnya dapat ditandai dengan
perubahan warna dari indikator. Keadaan di mana titrasi harus dihentikan tepat
pada saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut titik akhir titrasi.
Jadi, untuk memperoleh hasil titrasi yang tepat, maka selisih antara titik
akhir titrasi dengan titik ekivalen harus diusahakan seminimal mungkin. Hal ini
dapat diupayakan dengan memilih indikator yang tepat pada saat titrasi, yakni
indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen.
Titrasi
asam kuat dengan basa kuat
Sebagai
contoh, 40 mL larutan HCl 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M sedikit demi
sedikit. Berikut kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi
tersebut.
Dari
kurva tersebut dapat disimpulkan:
- Mula-mula pH larutan naik sedikit demi
sedikit
- Perubahan pH drastis terjadi sekitar titik
ekivalen
- pH titik ekivalen = 7 (netral)
- Indikator yang dapat digunakan: metil
merah, bromtimol biru, atau fenolftalein. Namun, yang lebih sering
digunakan adalah fenolftalein karena perubahan warna fenolftalein yang
lebih mudah diamati.
Titrasi
asam lemah dengan basa kuat
Sebagai
contoh, 40 mL larutan CH3COOH 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1
M sedikit demi sedikit. Berikut kurva titrasi berwarna biru yang menggambarkan
perubahan pH selama titrasi tersebut dibandingkan dengan kurva titrasi HCl
dengan NaOH yang berwarna merah.
Dari
kurva tersebut dapat disimpulkan:
- Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu
antara 8 – 9
- Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik
ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH
±10
- Indikator yang digunakan: fenolftalein.
Metil merah tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya terjadi jauh
sebelum tercapai titik ekivalen.
Titrasi
basa lemah dengan asam kuat
Sebagai
contoh, 40 mL larutan NH3 0,1 M ditetesi dengan larutan HCl 0,1
M sedikit demi sedikit. Berikut ditampilkan kurva titrasi yang menggambarkan
perubahan pH selama titrasi tersebut
Dari
kurva tersebut dapat disimpulkan:
- Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu
antara 5 – 6
- Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik
ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
- Indikator yang digunakan: metil merah.
Fenolftalein tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya terjadi jauh
sebelum tercapai titik ekivalen.
Contoh soal :
Berapa konsentrasi dari larutan asam
asetat CH3COOH jika diketahui untuk titrasi 25 mL larutan CH3COOH
tersebut diperlukan 15 mL larutan NaOH 0,05 M agar mencapai titik ekivalen?
Jawab:
Persamaan reaksi netralisasi CH3COOH
dengan NaOH:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) →
CH3COONa(aq) + H2O(l)
Dari persamaan reaksi, diperoleh: 1
mol CH3COOH 1 mol NaOH
Sebanyak 40 mL larutan asam sulfat
0,25 M dititrasi dengan suatu basa bervalensi satu, dan ternyata dibutuhkan 57
mL basa tersebut. Berapakah kemolaran basa yang digunakan tersebut?
Jawab:
Reaksi netralisasi terjadi antara
asam sulfat H2SO4 (asam kuat bervalensi dua) dengan
suatu basa bervalensi satu.
5.
Berat
Ekivalen dan Normalitas
Normalitas adalah satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation
atau anion yang dikandung sebuah larutan. dan yang berbeda dari
Normalitas ini, ialah adanya perhitungan BE atau Berat Ekivalen. Oleh
karena itu ada definisi tambahan untuk Normalitas. Normalitas
didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan dengan
satuan N
Berikut ialah rumus Normalitas (N) :
BE ini sebenernya ialah Mr yang
telah di pengaruhi oleh reaksi berdasarkan lepas / diterimanya atom H.
Rumus BE adalah :
BE = Mr / Banyaknya atom H yang di
lepas atau di terima.
Selain itu, Normalitas masih
memiliki perhitungan cara pengenceran yang sama seperti pengenceran untuk
Molaritas yaitu dengan V1.N1 = V2.N2
misalnya : bagaimana cara membuat
larutan HCl 1N dari 10 mL HCl 5N ?
10 x 5 = V2 x 1 maka V2 = 50 ml
Contoh Soal
1.
Berapa
Normalitas untuk H2SO4 1M ?
Jawab :
H2SO4 => 2H+ +
SO42-
H2SO4 1M = 1 mol / L
Rumus
BE = Mr / Banyaknya atom H yang di
lepas atau di terima
BE = 98 / 2 = 49
massa = mol x Mr = 1 x 98 = 98 gr
N = 98/49 x 1 = 2
0 komentar:
Posting Komentar