1.
Reaksi
dari Logam sebagai Zat Pereduksi
Reaksi
sejenis dengan logam magnesium dan aluminium dengan air mempunyai potensial
standar berturut-turut +1,54 volt dan +0,83 volt Akan tetapi, pada kenyataannya
magnesium hanya bereaksi lambat dengan air pada suhu kamar dan sedikit lebih
cepat dengan air mendidih.
Mg(s) + 2H2O(l) →
Mg(OH)2(s) + H2(g)
Reaksi
Mg dengan air terhambat lapisan endapan Mg(OH)2 yang menutupi
permukaan logam itu, karena Mg(OH)2 sukar larut dalam air.
Aluminium sama sekali tidak bereaksi dengan air tetapi bereaksi degan uap air
panas membentuk Al2O3 dan gas H2.
2Al(s) + 3H2O(g) →
Al2O3(s) + 3H2(g)
Karena
daya pereduksinya yang kuat, natrium, magnesium, dan aluminium digunakan
sebagai pereduksi pada berbagai proses, misalnya pada pengolahan berbagai jenis
logam. Serbuk aluminium dicampurkan dengan serbuk Fe2O3 untuk
membuat eternit, yaitu bahan untuk pengelasan logam. Termit bereaksi sangat
eksoterm sehingga panas yang ditimbulkannya dapat mencairkan besi atau baja,
dan besi yang terbentuk dari hasil reaksi dapat menyambung logam yang dilas.
2.
Kecenderungan
Berkala dalam Reaktivitas Logam-logam
Reaktif
artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin ke bawah
makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam
pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar
menangkap electron.
Kereaktifan
suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron.
Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen). Dari kiri
ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah
hingga golongan VIIA. Golongan VIIA tidak rekatif. Kecenderungan berbagai sifat
periodik unsur-unsur periode ketiga
3.
Reaksi
dari Nonlogam sebagai Oksidator
Atom,
ion, dan molekul yang memiliki afinitas elektron sangat besar untuk cenderung
bersifat sebagai oksidator yang baik. Misalnya unsur Fluor, adalah zat
pengoksidasi yang kuat . F2 adalah suatu zat pengoksidasi yang
baik untuk logam, kuarsa, asbes, dan bahkan air bila dimasukkan fluor
dapat memberi ledakank atau bersifat eksplosive. Oksidator yang kuat
lainnya termasuk O2, O3, dan Cl2, yang
merupakan bentuk unsur – unsur yang paling elektronegatif masing-masing
kedua (oksigen) dan ketiga (klorin). Zat lain yang
berfungsi sebagai zat pengoksidasi yang baik adalah salah senyawa dengan
bilangan oksidasi yang besar, seperti ion permanganat (MnO4–),
ion kromat (CrO42-), dan ion dikromat (Cr2O72-),
serta asam nitrat (HNO3), perklorat asam (HClO4), dan
asam sulfat (H2SO4). Senyawa ini merupakan oksidator kuat
karena unsur – unsurnya menjadi lebih elektronegatif yang dapat
mengoksidasi atom lainnya yang menyebabkan bertambah bilangan oksidasinya.
Beberapa
senyawa dapat bertindak baik sebagai oksidator. Salah satu
contoh adalah gas hidrogen,yang bertindak sebagai
zat pengoksidasi ketika bereaksi dengan logam
2Na (s) + H2 (g) →
2 NaH (s)
4.
Molekul
Oksigen sebagai Oksidator
Oksigen
adalah unsur yang paling banyak terjadi di Bumi. Karena, membentuk senyawa
dengan unsur-unsur kimia hampir semua kecuali gas mulia. Oksigen merupakan
anggota dari kelompok 16 pada tabel periodik, dan merupakan unsur non-logam
yang sangat reaktif yang mudah membentuk senyawa (terutama oksida) dengan
hampir semua unsur lainnya. Massa, oksigen adalah unsur yang paling melimpah ketiga
di alam semesta setelah hidrogen dan helium dan massa unsur paling melimpah di
kerak bumi, membuat hampir setengah dari massa kerak itu. Senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi dengan oksigen
dinamakan oksida sehingga reaksi antara oksigen dan suatu unsur dinamakan
reaksi oksidasi. Karat besi adalah senyawa yang terbentuk
dari hasil reaksi antara besi dan oksigen (besi oksida).
Perkaratan besi merupakan salah satu contoh dari reaksi oksidasi.
Persamaan reaksi pembentukan oksida besi dapat
ditulis sebagai berikut.
Pada
reaksi tersebut, besi mengalami oksidasi dengan cara mengikat oksigen
menjadi besi oksida. Kebalikan dari reaksi oksidasi dinamakan
reaksi reduksi. Pada reaksi reduksi terjadi pelepasan
oksigen. Besi oksida dapat direduksi dengan cara
direaksikan dengan gas hidrogen, persamaan
reaksinya:
5.
Reaksi
Kimia dari Ion Hidrogen
Pada
tahun 1923, Johannes N. Brønsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah mengajukan
definisi asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut
didasarkan pada fakta bahwa reaksi asam–basa melibatkan transfer proton (ion H+)
dari satu zat ke zat lainnya. Proses transfer proton ini selalu melibatkan asam
sebagai pemberi/donor proton dan basa sebagai penerima/akseptor proton. Jadi,
menurut definisi asam basa Brønsted–Lowry,
- asam adalah donor proton.
- basa adalah akseptor proton.
Teori tersebut bertentangan dengan
yang dikemukakan Arrhenius, yakni bahwa jika ada senyawa yang bersifat
asam (menghasilkan ion H+) tidak memiliki hubungan dengan senyawa lain
yang bersifat basa (menghasilkan OH-).
Sekarang dapat diungkapkan beberapa
cara yang menunjukkan bahwa model asam-basa menurut Bronsted-Lowry lebih luas
cakupannya dibandingkan model dari Arrhenius. Menurut model Bronsted-Lowry :
- Basa adalah spesi akseptor proton,
misalnya ion OH-.
- Asam dan basa dapat berupa ion atau
molekul.
- Reaksi asam-basa tidak terbatas pada
larutan air.
- Beberapa spesi dapat bereaksi sebagai asam
atau basa tergantung pada pereaksi
Menurut Bronsted dan Lowry, asam
adalah suatu zat yang dapat memberi proton (donor ion H+), sedangkan
basa adalah suatu zat yang dapat menerima proton (akseptor ion H+).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa jika terdapat zat yang
bersifat asam, harus terdapat zat yang bersifat basa, demikian pula sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan “memberikan proton”, yang memiliki pengertian tidak
mungkin terjadi peristiwa “memberikan proton” jika tidak ada zat lain yang akan
“menerima proton” tersebut.
Jadi teori asam basa ini menitik
beratkan pada pemberi dan penerima proton atau ion hidrogen
6.
Kekuatan
asam-basa
Kekuatan asam dipengaruhi oleh
banyaknya ion – ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam larutannya.
Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+ yang dihasilkan, larutan
asam dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
ASAM KUAT
ASAM LEMAH
Kekuatan basa dipengaruhi oleh
banyaknya ion – ion OH–yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam
larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH– yang
dihasilkan, larutan basa dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
BASA KUAT
BASA LEMAH
7.
Asam
dan Basa Lewis: Ion Kompleks Logam
Menurut Lewis:
Asam adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor pasangan
elektron bebas.
Basa adalah spesi yang bertindak sebagai donor pasangan elektron bebas.
1.
Pada
gambar pertama, atom B pada molekul BF3 bertindak
sebagai asam, karena ia bertindak sebagai akseptor pasangan
elektron bebas dari ion F– . Sedangkan ion F– bertindak
sebagai basa, karena ia bertindak sebagai donor pasangan elektron
untuk atom B pada molekul BF3.
2.
Pada
gambar kedua, ion H+ bertindak sebagai asam,
karena ia bertindak sebagai akseptor pasangan elektron bebas dari molekul NH3.
Sedangkan atom N pada molekul NH3 bertindak
sebagai basa, karena ia bertindak sebagai donor pasangan elektron
untuk ion H+ .
0 komentar:
Posting Komentar